Sebenernya ini lebih cocok di sebut curhatan dari puisi
karena diksi nya dikit banget, malah nggak ada. Tapi peduli amat. Ini kan blog
gue, kalo nggak suka ya nggak usah baca. Gampang kan? Bagi yang bersedia baca,
selamat baca deh.. ^^
KARENA KAMU
Langit pada malam ini indah
Dengan berhiaskan bulan purnama yang bulat sempurna
Dan bintang-bintang yang berkelip indah seakan berkedip
padaku
Semuanya sangat sempurna
Namun ketika aku memandang langit cantik itu
Aku merasa marah
Sangat marah
Tahukah kenapa?
Karena aku kembali mengingat kenangan malam itu
Saat semuanya juga sempurna
Dengan berhiaskan bulan purnama yang juga bulat sempurna
Dan bintang-bintang yang juga berkelip indah seakan berkedip
padaku
Semuanya sangat sempurna pada malam itu
Tetapi aku tidak termasuk dalam kata ‘Sempurna’
Tahukah
kenapa?
Karena
Aku
menangis
Aku
menangis karena kamu
Kamu yang mengabaikan perkataanku
Kamu yang membuang muka saat ada di ruangan yang
sama denganku
Dan kamu yang tidak mau melihat ku
Bahkan sekejap saja
Aku tau dengan pasti
Kamu tak akan melihat ku
Karena kamu hanya menatap dia
Dia yang ternyata sahabatku
Dia yang lebih cantik dariku
Dan dia yang lebih segalanya dariku
Sesak
rasanya dada ku
Perih
rasanya hati ku
Tak
mampu aku melukiskan perasaan ku saat
itu
Saat
itu
Aku
selalu bertanya dalam hati
Kenapa
harus sahabatku dari jutaan spesies wanita di dunia ini?
Aku merasa sangat kecewa
Ini fan fiction ku yang lain. Sebagai selingan ff -ku yang baru prolog itu. Part ini hanya Jiyong POV. Mungkin baru part 2 ada POV Jiyeon juga. Oh iya, mungkin ff ini bakal abis di part 2 atau mungkin 3.
NOTE:
Yang kata-katanya miring itu berarti flasback.
Jiyong POV
“ JIIYONG… !!!”
Terdengar teriakan Jiyeon dari dalam rumah. Segera
ku campakkan Koran yang tadi aku baca ke lantai. Kemudian berlari menuju kamar,
tempat dimana Jiyeon berada. Begitu sampai, aku menemukan Jiyeon sedang duduk
bersimpuh dengan kedua tangannya memegang selembar foto. Ia tampak begitu
serius mengamati foto tersebut. Jika pancaran mata Jiyeon seperti laser yang
melelehkan, aku yakin foto itu akan berlubang-lubang.
Aku
berdeham sedikit untuk mendapatkan perhatian. Tadinya aku berniat akan
mengomelinya habis-habisan karena acara pagiku terganggu akibat teriakannya
tetapi begitu Jiyeon mengalihkan
pandangannya dari foto tersebut dan menatapku sinis, niat ku memarahinya batal.
“
Chagiya~ Apa yang salah? “ tanyaku heran. Masih dengan tatapan sinis yang
mematikan dia menunjukan foto yang sedari tadi ia pelototi. Kalau tatapan mata
bisa membunuh orang, setidaknya aku sudah mati dua kali. “ Siapa wanita ini? “
Aku
meraih foto tersebut. Mencoba melihatnya lebih jelas. Di foto itu tampak
seorang perempuan muda dengan seragam SMA, rambutnya hitam panjangdi ikat satu ,
kulitnya putih pucat, matanya indah dan senyumnya hangat.
Tentu
saja aku mengenal yeoja itu. Dia adalah Park Bom Lee, malaikat penyelamatku di
SMA dulu. Aku masih sangat ingat. Saat kelas 10, tepatnya saat masih menjadi
siswa baru, aku sangat penakut. Bahkan para sunbae perempuanku selalu
menindasku, menjadikanku budak-budak mereka yang membelikan mereka makanan saat istirahat,
mengerjakan tugas sampai membeli pembalut ! Akibatnya, aku trauma melihat
pembalut sampai sekarang. Nah, Bom noona inilah yang membelaku dan melabrak
mereka agar tidak menindasku. Aku sangat mengagumi sosoknya itu. Bahkan aku
sampai rela masuk klub yang Bom ketuai yaitu klub Taekwondo. Sebenarnya aku
agak heran. Dengan tampang selembut dan semanis itu kenapa Bom noona menjadi
ketua klub yang notabene ‘membanting-banting’ itu?
“
YAH! Jadi kau memikirkan yeoja itu di saat kepalaku mendidih seperti air yang
direbus? ” bentak Jiyeon sambil berkacak pinggang dan mata melotot.
“ Chagiya~” aku
meraih tangannya, namun langsung di tepis dengan kasar olehnya. “DON’T TOUCH
ME!!” pekikan Jiyeon menenggelamkan aku kembali ke kenangan masa lalu.
Saat Kamis siang,
tepatnya ketika jam makan siang. Aku duduk berhadapan dengan Bom noona di meja
kafetaria. Dia membuka kotak bekalnya yang terdiri dari Donat Kacang dan Jagung
Rebus. Hanya alien sepertinya yang kotak bekalnya berisi seperti itu. Donat
kacang di campur jagung rebus? Euww…
Ide jahil terlintas
di otakku. Aku rebut kotak bekalnya, dan seperti yang aku duga. Bom marah.
Entah mengapa aku suka sekali melihat tampang marahnya. Menurutku sangat cute
^^.Mata indahnya akan menatapku tajam, pipinya akan memerah seperti lobster
rebus, dan bibirnya yang merah ranum seperti
buah delima akan mengerucut ke depan beberapa millimeter. “ DON’T TOUCH MY
FOOD!!”
“ Kau bahkan masih
memikirkan yeoja itu lagi. Kau tak memikirkan perasaanku..” sekarang Jiyeon
menangis tersedu-sedu. Astaga, Jiyong! Back to reality.
“ Jiyeon, dengarkan
aku!” aku menarik dagunya agar perhatiannya hanya terfokus padaku. Matanya
besarnya yang cantik tampak berkaca-kaca. Bibir mungilnya yang berwarna merah
muda tampak bergetar. Aku menatap mata cokelat Jiyeon yang balas menatapku.
“ Dulu saat aku SMA,
aku sangat penakut. Bahkan pada sunbae perempuanku. Menggelikan bukan?” aku
terkekeh pelam, kemudian menurunkan kedua tanganku dari wajah sempurnanya namun
dengan cepat di tahan dengan tangan Jiyeon. Ia meletakkan kembali kedua
tanganku di wajahnya. “ Tidak apa, Oppa. Lanjutkan saja.. “ Jiyeon
menyunggingkan senyum manisnya.
“ Mereka menindasku,
menyuruhku membelikan mereka makanan saat istirahat, mengerjakan tugas mereka
dan yang paling parah adalah menyuruhku membeli pembalut wanita! Kau tau,
Jiyeon-ahh? Aku menjadi trauma pada pembalut hingga sekarang. “
“ Benarkah? Jahat
sekali sunbae-mu itu. Lalu?”
“ Yeoja inilah yang
membelaku dari sunbae-ku itu. Aku merasa sangat berhutang budi padanya hingga
sekarang. Jika dia tidak menolongku, mungkin aku akan bunuh diri saking
frustasinya. Makanya aku menyimpan fotonya sebagai kenangan. Kau percaya padaku
kan?” aku menghapus air mata di pelupuk mata Jiyeon.
“ Ya, aku percaya.
Tapi Oppa, kau tidak menyukai yeoja cantik ini kan?”
“ Tentu saja tidak.”
Pembohong
Aku tertawa hambar. “Kalau
aku menyukainya, tidak mungkin aku menikahimu. ”
Pembohong. Kwon Ji
Yong, chukae! You’re a good liar. Congratulations.
“ Benar juga. Ahaha… “
Jiyeon tertawa pelan sambil memukul lenganku pelan. Setelah tawanya reda,
Jiyeon melirik jam dinding. “ OMO! Sudah jam 11.20. Aku kan ada janji makan
siang dengan Jung Ga Eun, teman kuliahku. “ Jiyeon yang panic cepat-cepat
berlari menuju kamar mandi.
Aku menghembuskan
nafas keras-keras. Karena foto itu, aku mengingat masa laluku. Mengingat
kenangan itu. Dan mengingat penyesalan terkutuk itu.
“ Hebat Kwon Ji Yong!
Kau tega membohongi isterimu yang polos itu,” gumamku sangat pelan, bahkan nyaris
tak terdengar telingaku sendiri.
Gimana? gimana? Tolong tinggalkan komentar ya. Kritik, saran dan usul saya terima dengan senang hati kok.. Gomawo ~