Rabu, 02 Mei 2012

Memories


     Ini fan fiction ku yang lain. Sebagai selingan ff -ku yang baru prolog itu. Part ini hanya Jiyong POV. Mungkin baru part 2 ada POV Jiyeon juga. Oh iya, mungkin ff ini bakal abis di part 2 atau mungkin 3. 
NOTE:   
 Yang kata-katanya miring itu berarti flasback. 


Jiyong POV 

“ JIIYONG… !!!”
            Terdengar teriakan Jiyeon dari dalam rumah. Segera ku campakkan Koran yang tadi aku baca ke lantai. Kemudian berlari menuju kamar, tempat dimana Jiyeon berada. Begitu sampai, aku menemukan Jiyeon sedang duduk bersimpuh dengan kedua tangannya memegang selembar foto. Ia tampak begitu serius mengamati foto tersebut. Jika pancaran mata Jiyeon seperti laser yang melelehkan, aku yakin foto itu akan berlubang-lubang.
            Aku berdeham sedikit untuk mendapatkan perhatian. Tadinya aku berniat akan mengomelinya habis-habisan karena acara pagiku terganggu akibat teriakannya tetapi  begitu Jiyeon mengalihkan pandangannya dari foto tersebut dan menatapku sinis, niat ku memarahinya batal.
            “ Chagiya~ Apa yang salah? “ tanyaku heran. Masih dengan tatapan sinis yang mematikan dia menunjukan foto yang sedari tadi ia pelototi. Kalau tatapan mata bisa membunuh orang, setidaknya aku sudah mati dua kali. “ Siapa wanita ini? “
            Aku meraih foto tersebut. Mencoba melihatnya lebih jelas. Di foto itu tampak seorang perempuan muda dengan seragam SMA, rambutnya hitam panjangdi ikat satu , kulitnya putih pucat, matanya indah dan senyumnya hangat.
            Tentu saja aku mengenal yeoja itu. Dia adalah Park Bom Lee, malaikat penyelamatku di SMA dulu. Aku masih sangat ingat.  
             Saat kelas 10, tepatnya saat masih menjadi siswa baru, aku sangat penakut. Bahkan para sunbae perempuanku selalu menindasku, menjadikanku budak-budak mereka yang  membelikan mereka makanan saat istirahat, mengerjakan tugas sampai membeli pembalut ! Akibatnya, aku trauma melihat pembalut sampai sekarang. Nah, Bom noona inilah yang membelaku dan melabrak mereka agar tidak menindasku. Aku sangat mengagumi sosoknya itu. Bahkan aku sampai rela masuk klub yang Bom ketuai yaitu klub Taekwondo. Sebenarnya aku agak heran. Dengan tampang selembut dan semanis itu kenapa Bom noona menjadi ketua klub yang notabene ‘membanting-banting’ itu?
            “ YAH! Jadi kau memikirkan yeoja itu di saat kepalaku mendidih seperti air yang direbus? ” bentak Jiyeon sambil berkacak pinggang dan mata melotot.
“ Chagiya~” aku meraih tangannya, namun langsung di tepis dengan kasar olehnya. “DON’T TOUCH ME!!” pekikan Jiyeon menenggelamkan aku kembali ke kenangan masa lalu.
Saat Kamis siang, tepatnya ketika jam makan siang. Aku duduk berhadapan dengan Bom noona di meja kafetaria. Dia membuka kotak bekalnya yang terdiri dari Donat Kacang dan Jagung Rebus. Hanya alien sepertinya yang kotak bekalnya berisi seperti itu. Donat kacang di campur jagung rebus? Euww…
Ide jahil terlintas di otakku. Aku rebut kotak bekalnya, dan seperti yang aku duga. Bom marah. Entah mengapa aku suka sekali melihat tampang marahnya. Menurutku sangat cute ^^.Mata indahnya akan menatapku tajam, pipinya akan memerah seperti lobster rebus,  dan bibirnya yang merah ranum seperti buah delima akan mengerucut ke depan beberapa millimeter. “ DON’T TOUCH MY FOOD!!”
“ Kau bahkan masih memikirkan yeoja itu lagi. Kau tak memikirkan perasaanku..” sekarang Jiyeon menangis tersedu-sedu. Astaga, Jiyong! Back to reality.
“ Jiyeon, dengarkan aku!” aku menarik dagunya agar perhatiannya hanya terfokus padaku. Matanya besarnya yang cantik tampak berkaca-kaca. Bibir mungilnya yang berwarna merah muda tampak bergetar. Aku menatap mata cokelat Jiyeon yang balas menatapku.
“ Dulu saat aku SMA, aku sangat penakut. Bahkan pada sunbae perempuanku. Menggelikan bukan?” aku terkekeh pelam, kemudian menurunkan kedua tanganku dari wajah sempurnanya namun dengan cepat di tahan dengan tangan Jiyeon. Ia meletakkan kembali kedua tanganku di wajahnya. “ Tidak apa, Oppa. Lanjutkan saja.. “ Jiyeon menyunggingkan senyum manisnya.
“ Mereka menindasku, menyuruhku membelikan mereka makanan saat istirahat, mengerjakan tugas mereka dan yang paling parah adalah menyuruhku membeli pembalut wanita! Kau tau, Jiyeon-ahh? Aku menjadi trauma pada pembalut hingga sekarang. “
“ Benarkah? Jahat sekali sunbae-mu itu. Lalu?”
“ Yeoja inilah yang membelaku dari sunbae-ku itu. Aku merasa sangat berhutang budi padanya hingga sekarang. Jika dia tidak menolongku, mungkin aku akan bunuh diri saking frustasinya. Makanya aku menyimpan fotonya sebagai kenangan. Kau percaya padaku kan?” aku menghapus air mata di pelupuk mata Jiyeon.
“ Ya, aku percaya. Tapi Oppa, kau tidak menyukai yeoja cantik ini kan?”
“ Tentu saja tidak.”
Pembohong
Aku tertawa hambar. “Kalau aku menyukainya, tidak mungkin aku menikahimu. ”
Pembohong. Kwon Ji Yong, chukae! You’re a good liar. Congratulations.
“ Benar juga. Ahaha… “ Jiyeon tertawa pelan sambil memukul lenganku pelan. Setelah tawanya reda, Jiyeon melirik jam dinding. “ OMO! Sudah jam 11.20. Aku kan ada janji makan siang dengan Jung Ga Eun, teman kuliahku. “ Jiyeon yang panic cepat-cepat berlari menuju kamar mandi.
Aku menghembuskan nafas keras-keras. Karena foto itu, aku mengingat masa laluku. Mengingat kenangan itu. Dan mengingat penyesalan terkutuk itu.
“ Hebat Kwon Ji Yong! Kau tega membohongi isterimu yang polos itu,” gumamku sangat pelan, bahkan nyaris tak terdengar telingaku sendiri. 





Gimana? gimana? Tolong tinggalkan komentar ya. Kritik, saran dan usul saya terima dengan senang hati kok.. Gomawo ~  
m(*o*)m

Tidak ada komentar:

Posting Komentar